Kadang, ketika kita bercerita tentang impian kita, respon orang-orang tidak selalu seperti yang kita harapkan. Bukan sambutan hangat atau dorongan semangat, tapi justru tatapan ragu, senyum samar yang penuh keraguan, atau bahkan komentar yang terdengar seperti nasihat tapi sebenarnya adalah batasan.

Ada yang langsung berbicara, “Jangan terlalu ambisius, nanti capek sendiri.” Ada juga yang hanya tertawa kecil dan mengubah topik pembicaraan, seolah-olah apa yang aku katakan hanyalah mimpi kosong yang tidak perlu ditanggapi serius. 

Reaksi normal tentu adalah merasa sakit hati. Aku bertanya-tanya, kenapa orang-orang begitu sulit percaya? Apa aku terlihat seperti seseorang yang tidak mungkin berhasil? Apa mereka mengira aku hanya membuang-buang waktu?

Tapi semakin lama, aku sadar bahwa itu bukan salah mereka. Benar-benar bukan salah mereka.

Karena…
Tidak semua orang bisa melihat apa yang kita lihat. Tidak semua orang bisa memahami mengapa kita rela bekerja keras untuk sesuatu yang belum pasti. Mereka tidak bisa membayangkan jalan yang kita pilih, karena mereka tidak pernah berdiri di titik yang sama.

Mereka mungkin melihat dunia dengan cara yang berbeda. Ada yang tumbuh dengan pemahaman bahwa hidup harus mengikuti jalur yang sudah ada, tanpa perlu mengambil risiko. Ada yang pernah gagal terlalu banyak sehingga mereka takut untuk percaya lagi. Dan ada juga yang, tanpa sadar, mencerminkan ketakutan mereka sendiri ke dalam diri kita bukan karena mereka ingin menjatuhkan kita, tapi karena mereka tidak ingin melihat kita kecewa seperti mereka dulu.

Tapi bukan berarti kita harus berhenti.

Karena kalau kita menunggu semua orang percaya, kita tidak akan pernah mulai. Beneran deh, Kalau kita terus meminta persetujuan, kita tuh hanya akan terjebak dalam keraguan mereka.

Dan saat aku mulai berjalan, aku menyadari sesuatu.

kepercayaan pada diri sendiri itu seperti api kecil. Kalau kita menjaganya tetap menyala, dia akan tumbuh. Tapi kalau kita biarkan komentar orang lain meniupnya padam, maka kita akan kehilangan satu-satunya hal yang bisa membuat kita terus maju.

Aku ingat momen ketika aku nyaris goyah. Ketika semua yang aku kerjakan terasa seperti berjalan di tempat. Ketika suara-suara skeptis di sekitarku semakin kencang, dan aku mulai bertanya-tanya: 

Apakah aku hanya buang-buang waktu? Apakah mereka benar?

Tapi di saat seperti itu, aku bertanya pada diriku sendiri: 

Apa yang sebenarnya membuatku terus bergerak?

Jawabannya bukan karena aku ingin membuktikan sesuatu pada mereka. Bukan karena aku ingin diakui atau dibenarkan. Tapi karena aku ingin tahu, seberapa jauh aku bisa melangkah kalau aku tetap percaya. Aku ingin melihat apakah mimpi ini benar-benar bisa menjadi nyata.

Jadi aku memilih untuk terus berjalan.

Aku sadar satu hal. Kita tidak perlu semua orang percaya pada mimpi kita.

Kita sendiri saja sudah cukup.

Karena pada akhirnya, bukan mereka yang akan menjalani perjalanan ini. Bukan mereka yang akan merasakan jatuh bangunnya. Bukan mereka yang akan menghadapi setiap kegagalan dan mencari cara untuk bangkit lagi.

Kita sendirilah yang akan melewati semuanya.

Dan ketika kita akhirnya sampai di tujuan, kita akan menyadari sesuatu bahwa yang benar-benar penting bukanlah berapa banyak orang yang percaya di awal, tapi seberapa teguh kita bertahan ketika tidak ada yang percaya.

Jadi, pertanyaannya sekarang: Apakah kamu cukup percaya pada dirimu sendiri?

Salam Hangat, 
Farhan